Sabtu, Oktober 26, 2024
20 C
East Kalimantan
spot_img

Tanah yang Sehat membuat lebih Banyak Pangan, Namun Pemerintah Terkesan Lamban dan Mengabaikan

KaltimNesia.id -Tanah di bawah kaki kita adalah entitas hidup. Ini adalah rumah bagi banyak mikroba di Bumi yang bertanggung jawab atas proses penting seperti pembusukan dan mendukung kesehatan tanaman.

Senyawa organik di dalam tanah, seperti humus – yang terbuat dari sisa tumbuhan dan hewan yang membusuk – berperan penting dalam menjaga struktur tanah, dengan bertindak sebagai bahan pengikat antar partikel tanah. Mirip dengan dinding bangunan, tanah yang sehat berperan sebagai struktur yang memungkinkan air mengalir, mencegah erosi, dan menyediakan habitat bagi organisme.

Tanah yang sehat juga membantu masyarakat mendapatkan makanan yang aman dan bergizi, dan sangat penting bagi masyarakat termasuk petani dan masyarakat adat di negara-negara berkembang.

Namun, lebih dari sepertiga tanah di seluruh dunia kini terdegradasi, atau menghadapi masalah seperti pengerasan, erosi, degradasi unsur hara, dan peningkatan salinitas.

Tanah yang terdegradasi dapat mengakibatkan hasil panen yang lebih rendah dan kualitas pangan yang lebih buruk. Hal ini juga mengurangi pasokan air dan meningkatkan risiko kekeringan. Hal ini juga dapat meningkatkan risiko banjir, karena tanah kehilangan kemampuannya untuk menahan dan menyaring air.

Artikel ini akan membahas faktor-faktor utama di balik degradasi tanah, dan mengapa kita membutuhkan pemerintah di seluruh dunia untuk berbuat lebih banyak guna menjaga tanah kita dengan lebih baik.

Penghancur tanah

Penggunaan pupuk yang berlebihan oleh industri pertanian global sangat merusak ekosistem mikrobiologis di dalam tanah. Hal ini pada gilirannya membuat industri ini semakin bergantung pada pupuk dan pestisida yang mahal.

Cara bercocok tanam modern seperti jagung dan kentang sering kali memprioritaskan memaksimalkan hasil tinggi dengan menggunakan lebih banyak pupuk nitrogen daripada yang diperlukan. Hal ini melepaskan dinitrogen oksida – gas rumah kaca yang 300 kali lebih kuat dibandingkan karbon dioksida dalam memerangkap panas di atmosfer.

Selain itu, praktik pengolahan tanah yang agresif – seperti pembajakan dalam dengan alat berat – telah meningkat secara signifikan selama beberapa dekade terakhir. Praktik-praktik ini menghancurkan bahan organik yang tersembunyi di dalam gumpalan tanah, sehingga mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati secara serius.

Aktivitas manusia memberikan terlalu banyak tekanan pada sumber daya tanah, dan kita mencapai titik di mana tanah tidak dapat lagi menopang kehidupan kita. Hal ini tidak hanya membahayakan keanekaragaman hayati tetapi juga mengganggu pasokan pangan, yang berpotensi menyebabkan jutaan orang jatuh miskin.

Pentingnya tanah yang sehat secara global

Sebuah studi pada tahun 2020 yang dilakukan oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam menemukan bahwa tanah dan lanskap yang sehat dapat meningkatkan kemampuan tanaman untuk menahan dampak buruk perubahan iklim, seperti kekeringan atau banjir.

Meningkatkan pemahaman kita tentang tanah juga dapat memajukan tujuan ekonomi dan iklim.

Laporan IUCN menemukan bahwa peningkatan karbon organik tanah sebesar 0,4% per tahun pada 30-40 cm pertama tanah dapat meningkatkan produksi global tanaman pangan utama, seperti jagung, beras, dan gandum, dalam beberapa kasus antara 20-40% per tahun.

Meningkatkan jumlah karbon organik tanah di lahan pertanian dunia dapat meningkatkan penangkapan karbon oleh lahan pertanian dan padang rumput sekitar 1 gigaton per tahun selama 30 tahun ke depan. Jumlah tersebut setara dengan menangkap 10% emisi gas rumah kaca dunia dari aktivitas manusia pada tahun 2017.

Namun, meningkatkan kesuburan tanah tidak semudah menuangkan pupuk ke dalam kantong. Pemerintah perlu bekerja sama di tingkat global, regional, dan nasional untuk secara kolektif meningkatkan kesehatan tanah.

Kebijakan yang lebih baik untuk tanah: bagaimana pemerintah dapat membantu ?

Ada banyak inisiatif tanah di seluruh dunia yang dapat dipelajari oleh pemerintah. Pertama, pemerintah perlu membuat kebijakan yang mendorong petani atau pengelola lahan untuk menerapkan praktik ramah lingkungan.

Salah satu contohnya adalah kebijakan “pertanian karbon” yang diterapkan oleh Uni Eropa, yang memberikan insentif finansial kepada petani atau pengelola lahan yang menerapkan praktik ramah lingkungan. Praktik-praktik ini mencakup diversifikasi tanaman, penanaman tanaman polong-polongan, seperti kacang tanah atau lentil, dan praktik wanatani (menyatukan pohon dan semak dengan tanaman atau ternak).

Tindakan ini membantu meningkatkan penyerapan karbon di tanah dan mendukung ekosistem yang sehat dengan organisme bermanfaat, seperti bakteri, jamur, protozoa, dan nematoda.

Brazil, Tiongkok, India, india dan Thailand memimpin secara global dalam mengurangi subsidi pupuk kimia. Untuk meningkatkan kesuburan tanah dan keanekaragaman hayati, pemerintah perlu mengarahkan subsidi ke solusi biologis yang melibatkan penggunaan pupuk hayati dan pengomposan berbasis ilmu pengetahuan.

Kedua, pemerintah dapat berpartisipasi dalam inisiatif global yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas tanah.

Organisasi internasional, seperti Jaringan Solusi Pembangunan Berkelanjutan PBB, mempertemukan para ahli, pemerintah, sektor swasta, dan organisasi lingkungan hidup untuk menekankan isu-isu kritis lingkungan hidup, termasuk pentingnya kesehatan tanah.

KTT SDG PBB dan Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP28) yang akan diadakan pada akhir tahun ini memberikan peluang bagi pemerintah untuk mengakui kelayakan dan kelayakan ekonomi restorasi ekosistem tanah skala besar.

Ketiga, mendidik masyarakat umum tentang ilmu tanah juga penting.Misalnya, museum tanah – yang terletak di berbagai wilayah di dunia – berfungsi sebagai sarana yang efektif untuk mendidik masyarakat tentang berbagai jenis tanah, cara pembentukannya, kegunaan dan ancamannya, serta cara melindunginya.

Memelihara hubungan simbiosis antara manusia dan kehidupan di tanah memerlukan perubahan pola pikir. Hal ini akan meningkatkan pemahaman dan rasa hormat masyarakat terhadap mekanisme daur ulang nutrisi yang dikembangkan dan diandalkan oleh alam.

Artikel ini adalah hasil terjemahan dari theconversation.com dengan judul asli “Healthy soil can help grow more food and cut emissions – but government inaction means too much soil is being degraded”

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Terbaru