Sabtu, Oktober 26, 2024
20.7 C
East Kalimantan
spot_img

“Pecat Dosen Sekarang Juga!” Guncang STAI Sangata, Ketua Ambil Keputusan Tegas

Sangata, Kaltimensia.id – Pagi itu suasana di Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Sangatta berubah tegang. Puluhan hingga ratusan mahasiswa mulai berdatangan sejak pukul 08.00 WITA, berkumpul di depan halaman rektorat kampus.

Teriakan keras dan yel-yel “Pecat, Pecat, Pecat Dosennya, Pecat Dosennya Sekarang Juga!” bergema memenuhi udara, mengiringi langkah massa yang semakin bertambah. Spanduk dan poster berisi kecaman terhadap dosen yang diduga melakukan pelecehan seksual menjadi saksi bisu dari amarah dan tuntutan mahasiswa.

Aksi ini dimulai dengan orasi yang dibawakan secara bergantian oleh perwakilan Mahasiwa dari berbagai jurusan dan angkatan. Mereka menuntut keadilan bagi korban dan meminta para pejabat kampus segera keluar menemui massa untuk memberikan keterangan.

“Kami menuntut kejelasan! Yang katanya kampus islam tapi terjadi pelecehan seksual, kami disini untuk membela perempuan agar terciptanya ruang aman, jika tidak ada lagi ruang aman dimana lagi kami akan belajar” ujar salah satu mahasiswi yang berorasi dengan lantang.

Massa Aksi berkumpul dan melakukan orasi bergantian.

Spanduk dan poster tidak kalah mencekam, tulisan “Awas ada Predator Seks”, “Dimana Ruang Aman Untuk Perempuan”, dan “Adili Sampai Tuntas” terpajang lebar membuat siapa saja yang membacanya merasakan kegelisahan para mahasiswa atas kasus yang terjadi di STAI Sangatta.

Tentu saja aksi ini bukan tanpa alasan, berdasarkan beberapa informasi yang beredar termasuk kronologi yang didapatkan tim media, diketahui bahwa terjadi dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oknum dosen laki-laki terhadap dosen perempuan yang ada di STAI Sangatta.

“Sebenarnya ini memang harus dilakukan Untuk menjaga STAIS ini, agar ke depannya tidak ada lagi namanya pencemaran nama baik kampus dan terciptanya ruang perlindungan untuk perempuan dan siapa saja di Kampus kita ini,” ujar jenlap aksi, Andy Supardi.

Namun, di balik pintu rektorat, suasana tidak kalah menegangkan. Para pejabat kampus, termasuk Ketua STAI Sangatta, sedang mengadakan rapat mendesak untuk membahas kasus pelecehan seksual yang menggemparkan lingkungan akademis tersebut. Beberapa mahasiswa yang tidak sabar, bahkan mulai mendesak-desak di depan pintu, menuntut kehadiran langsung dari pimpinan kampus.

Jam terus berlalu, teriakan “Pecat sekarang juga!” semakin menguat. Massa tidak menunjukkan tanda-tanda akan mundur. Beberapa mahasiswa mulai terlihat lelah, tetapi semangat mereka tidak luntur.

Sekitar pukul 12.00 WITA, pintu rapat di ruang rektorat akhirnya terbuka. Ketua STAI Sangatta, Satriah didampingi beberapa pejabat kampus, keluar menemui massa aksi yang masih bertahan. Suasana seketika hening ketika Rektor berada di tengah-tengah masa aksi dan memegang pengeras suara yang disediakan oleh mahasiswa. Dalam suaranya yang tegas, ia menyampaikan bahwa pihak kampus telah mengambil keputusan terkait tuntutan mahasiswa.

“Pada hari ini, hari sabtu, kita dikumpulkan dalam rangka mencari kepastian, terkait dengan kasus yang beberapa hari ini kita dengar, perlu anda tahu (mahasiswa,red) bahwa keberadaan kami lembaga tidak diam,” ungkapnya.

Ketua STAI Sangatta, Dr. Satriah, M.Pd, menemui massa aksi dan memberikan keterangan.

Satriah kemudian membeberkan bahwa pihaknya telah melakukan proses panjang untuk menangani kasus dugaan pelecehan seksual tersebut, dari melakuakn rapat terbatas bersama para pembantu ketua (Puket), kemudian memanggil korban dan para saksi, serta meminta keterangan dari terduga pelaku. Akhirnya diputuskan bahwa hari ini adalah rapat final penentuan sangsi atas kejadian yang oleh ketua STAI Sangat tersebut, terduga pelaku sudah mengakui kesalahannya.

“Jadi jangan kira ibu mengundur-undur waktu dan melakukan perlindungan terhadap orang yang melakukan tindakan seperti itu, dengan ini, di hari ini, STAIS mencatat sejarah bahwa yang terduga pelaku itu dinyatakan di PHK,” tegas Satria, disambut sorak mahasiswa gembira.

Meski keputusan ini tidak serta-merta mengakhiri tuntutan,  mahasiswa merasa bahwa langkah awal telah tercapai. Aksi yang dimulai dengan ketegangan berakhir dengan harapan bahwa lingkungan kampus akan lebih aman dan bebas dari perilaku yang merugikan.

“Sampai kejelasan ini Betul-betul terlihat, dan dosen itu Dikeluarkan dari STAIS, kami tidak akan berhenti di sini saja,  Kami akan terus mengawal sampai betul-betul Dosen itu keluar dan tidak mengajar lagi Di STAIS,” tutup Supardi, mengakhiri aksi tersebut. (red/kalnes01)

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Terbaru