Sabtu, Oktober 26, 2024
20 C
East Kalimantan
spot_img

Kampus Gratis Tapi Bayar, Opini Mahasiwa Bongkar Situasi di STAI Sangatta

Opini oleh, Muhammad Taufiq (Mentri Ormawa BEM STAIS)

Kaltimnesia.id, Opini -Kebijakan kampus STAI Sangatta (STAIS) yang menarik iuran/SPP bagi mahasiswa yang memilih kuliah pada akhir pekan adalah suatu tindakan yang patut dipertanyakan, terutama mengingat kampus tersebut telah menerima dana hibah yang cukup besar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Padahal kampus ini berlebelkan GRATIS bagi putra-putri Kutim yang ingin mengkualitaskan diri di Kampus STAIS. ditengah banyaknya kampus di Indonesia yang berbayar dan sulit terjangkau.

Dengan adanya pembiyaan gratis maka ini menjadi nilai jual yang bagus untuk kampus STAIS dalam sosialisasi pada masyarakat bahwa STAIS menggeratiskan surat persetujuan pembayaran (SPP) untuk kuliah reguler di kampusnya. Sehingga ini bisa jadi menjadi salah satu alasan STAIS Menjadi kampus yang peminatnya cukup banyak diantara dua kampus lainnya di Kutim. Selain menggeratiskan kuliah kelas reguler STAIS juga menawarkan kelas weekend untuk mahasiswa yang ingin bekerja sambil kuliah namun dengan metode pembayaran yang diatur kampus. Jadi berbeda dengan reguler kelas akhir minggu ini tidak gratis sama sekali.

Lalu kenapa weekend bisa dikenakan biaya pembayaran jika ada anggaranya, memangnya berapa sih anggaran yang di terima STAIS?

Berdasarkan Rapat Dengan Pendapat (RDP) tahun 2022 yang dihadiri lansung oleh perwakilan civitas akademi, Ikatan Keluarga Alumni (IKA) STAIS dan Wakil Bupati Kutai Timur Ksmidi Bulang. Diketahui bahwa STAIS menerima skema pembiayaan yang diatur dalam Anggaran pendapatan dan belanja Daerah (APBD) yakni sebesar 3,5 miliar pada anggaran murni dan 4,4 miliar pada anggaran perubahan.

Dengan demikian, pertanyaan yang muncul adalah mengapa STAI Sangatta masih membebankan biaya tambahan kepada mahasiswa, seperti biaya ujian, registrasi, dan pembelian buku, serta memutuskan untuk menarik iuran/SPP bagi mahasiswa kuliah pada akhir pekan. Sementara dana hibah tersebut seharusnya telah mencakup semua kebutuhan operasional kampus, termasuk pembiayaan pendidikan.

Tentu saja kebijakan kampus STAI Sangatta yang memutuskan untuk menarik iuran atau SPP bagi mahasiswa yang memilih kuliah pada akhir pekan, meskipun telah menerima dana hibah yang cukup besar dari APBD, patut mendapat kritik tajam. Mengapa? Karena dalam konteks penerimaan dana hibah sebesar 3,5 miliar pada anggaran murni dan 4,4 miliar pada anggaran perubahan, kampus seharusnya mengedepankan prinsip keadilan dan pemerataan akses pendidikan.

Pertama-tama, dana hibah sebesar itu seharusnya mencukupi untuk menutupi semua biaya pendidikan, termasuk biaya kuliah bagi mahasiswa yang memilih kuliah pada akhir pekan. Sebagai lembaga pendidikan, STAI Sangatta seharusnya memprioritaskan kesetaraan akses pendidikan bagi seluruh mahasiswa, tanpa membedakan antara yang mengambil kuliah reguler dan weekend.

Kedua, penarikan iuran atau SPP bagi mahasiswa weekend dapat dianggap sebagai bentuk diskriminasi terhadap mahasiswa tersebut. Pendidikan haruslah menjadi hak bagi setiap individu tanpa terkecuali, dan tidak seharusnya ada pembedaan perlakuan berdasarkan waktu kuliah yang dipilih. Jika kampus ingin memperoleh tambahan pendapatan, sebaiknya mencari sumber lain yang tidak mengorbankan akses pendidikan mahasiswa.

oleh karenaya banyak sekali pertanyaan yang muncul dikalangan mahasiswa kemana sebenar dana pendidikan itu digunakan, apakah untuk gaji dosen, civitas akademik, kegiatan-kegiatan kampus, pembiyaan organisasi intra kampus, ataupemenuhan Fasilitas dan sarana prasana penunjang pembelajaran?

sayang sekali pertanyaan itu tidak akan pernah terjawa, karena saat mahasiswa meminta transparansi dan membahas anggaran pihak kampus menolaknya. Ingat korupsi bisa terjadi dari tidak adanya keterbukaan informasi!

Kondisi gedung di Kampus STAIS

Ada banyak kejanggalan tentunya, sekalipun kampus merencanakan pembiayaan untuk pembelanjaan gaji dosen dan buruh kampus, namun tetap saja tidak akan menghabiskan anggaran sebanyak itu. Bahkan anggaran yang diperuntukan untuk organisasi internal kampus juga wajib dipertanyakan asal usulnya. Sebab ada informasi yang menyatakan bahwa anggaran organisasi diambil dari biaya pendaftran mahasiswa.

Begitu juga saat para mahasiwa berfikir bahwa anggaran tersebut digunakan untuk membenahi fasilitas kampus, maka faktanya sama sekali menyedihkan. Kampus kami bagaikan “Mati Segan Hidup Tak Mau”. Belakangan ini kampus STAIS di viralkan melalui media sosial lokal yang punya 82 ribu pengikut. Dimana rekan-rekam mahasiswa memberikan kritik berupa video  yang memperlihatkan begitu buruknya fasilitas di kampus STAIS.

Oleh karena itu, STAI Sangatta perlu untuk melakukan kajian ulang terhadap kebijakan ini dan memastikan bahwa dana hibah yang diterima digunakan dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan mahasiswa. Selain itu, kampus juga seharusnya membuka ruang untuk dialog dengan mahasiswa guna mendengarkan aspirasi mereka terkait kebijakan ini serta menjaga transparansi dalam pengelolaan dana publik. Ini adalah langkah yang penting dalam memastikan bahwa pendidikan yang berkualitas dapat diakses secara adil oleh seluruh masyarakat.

Namun jika itu tak kunjung terjadi maka saya menyerukan kepada masyarakat luas yang ingin berkuliah di STAIS urungkanlah, sebaiknya memilih kampus yang memberikan keterbukaan dan fasilitas yang memadai untuk menunjang pembelajaran mahasiswa. Jangan tergiur selembaran dan sepanduk di simpang-simpang jalan, KAMPUS STAIS TIDAK SEBAIK ITU.

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Terbaru